VIDIO: How It Started

Joshua Manurung
4 min readOct 21, 2020

--

2 Maret 2019. Salah satu tanggal bersejarah untuk saya. Setelah menempuh pendidikan dalam bidang Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan selama 4 tahun lebih 6 bulan, akhirnya saya wisuda. Bisa dibilang, lulus hanya terlambat 6 bulan merupakan sebuah prestasi tersendiri untuk saya. Pada semester 1, IP saya sangat memprihatinkan. Kehidupan di luar kota dan jauh dari orangtua membuat saya terlalu banyak bermain dan bersantai. Dosen pembimbing saya bahkan sempat berpesan bahwa saya harus berjuang ekstra keras agar bisa sekadar melanjutkan kuliah di Unpar. Seolah tertampar oleh realita, saya membenahi diri di semester-semester berikutnya dan hasilnya cukup memuaskan, lulus dalam 4 setengah tahun.

What’s next? Banyak orang beranggapan bahwa fase kehidupan yang sebenarnya baru akan dimulai ketika kita lulus dari bangku kuliah. Saya sempat berpikir untuk rehat selama 2–3 bulan sebelum mencari pekerjaan. Saya menghabiskan banyak waktu bermain Playstation hingga akhirnya baru genap seminggu, saya merasa bosan. Walau menyandang gelar Sarjana Hubungan Internasional, saya merasa bahwa berkarir di bidang HI bukan merupakan keinginan saya.

Saya pun memutuskan untuk mulai merapihkan Curriculum Vitae atau yang biasa disebut CV. Saya sempat bingung untuk mengisi CV karena prestasi akademik dan kepanitiaan saya yang cukup minim. Bisa dibilang saya lebih berprestasi di bidang non-akademik. Playstation dan kaset FIFA milik saya merupakan hasil dari juara 1 pada sebuah turnamen FIFA di Bandung. Selain itu, saya lebih tertarik untuk aktif di kepanitian luar kampus. Salah satunya adalah menjadi panitia i-Run Bandung, sebuah acara lari terbesar di Bandung yang berlokasi di Jalan Layang Pasupati.

Setelah menyelesaikan CV saya yang bisa dibilang pas-pasan, saya mulai mencari kerja. Saya ingat pertama kali saya mengirim CV ke salah satu tim sepakbola yang berlaga di Liga 1 setelah melihat media sosial mereka yang sedang mencari orang untuk dipekerjakan di divisi marketing. Hari itu, saya mulai mengulik seputar tim tersebut dan mempelajari seputar marketing. Namun, setelah menunggu kabar, saya tidak mendapat respon dari tim tersebut. Tidak ada kekecewaan sama sekali karena saya percaya bahwa semua merupakan jalan Tuhan.

LINE. Setelah lulus, saya jarang membuka aplikasi chat tersebut karena lebih senang menggunakan Whatsapp. Namun, karena bosan saya pun memutuskan untuk membuka LINE kembali untuk melihat isi percakapan di berbagai group. Salah satu yang saya buka adalah group FISIP 2014. Beberapa pesan lowongan pekerjaan saya baca dan ada satu yang menyita perhatian saya, yaitu Vidio.

Dicari Content Curator Intern Vidio, diutamakan pria dan menyukai olahraga. Begitu kurang lebih isi pesan tersebut. Tanpa basa-basi, saya menghubungi si pengirim pesan, Thalia dan langsung menanyakan tentang pekerjaan tersebut. Padahal, saya tidak saling kenal dengan Thalia, hanya sama-sama alumni Unpar dan satu fakultas. Namun demi sebuah pekerjaan, gengsi harus dikesampingkan. Setelah cukup jelas, saya mulai mempelajari tentang Curation, sebuah kata yang sebelumnya cukup asing di telinga saya.

Saya pun mengirim CV ke Vidio pada 25 Maret 2019, 2 minggu setelah wisuda. Sebelumnya, saya sudah cukup familiar dengan Vidio. Setiap akhir pekan, saya menyaksikan tim favorit saya, Manchester United berlaga di Premier League melalui aplikasi Vidio.

5 April 2019. Hari itu hari Jumat dan saya sedang berada di Bandung untuk menghabiskan akhir pekan disana. Sudah hampir 2 minggu setelah saya mengirimkan CV dan belum mendapat respon. Siang hari ketika saya sedang di jalan untuk mencari makan, saya mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Siapa sangka, panggilan tersebut bisa dibilang merupakan awal dari salah satu titik perjalanan hidup saya.

Saya mengangkat telepon dengan bermalas-malasan, karena biasanya jika saya menerima panggilan dari nomor tak dikenal isinya penawaran kartu kredit, penawaran pemasangan internet dan bahkan pernah saya ditawari menjadi agen bandar judi online. Namun ternyata telepon ini berasal dari salah satu HRD Vidio, Mas Harswanda.

“Maaf” menjadi kata yang saya ucapkan berulang kali kepada Mas Hars karena jawaban saya saat mengangkat telepon yang seperti orang tidak niat. Setelah menanyakan berbagai pertanyaan, Mas Hars meminta saya untuk ke kantor Vidio pada hari Senin untuk sesi interview.

Senin, 8 April 2019. Saya datang ke kantor Vidio untuk pertama kali. Memakai kemeja biru muda lengan panjang, celana bahan, dan pantofel. Sebuah outfit yang cukup salah sambung ketika melangkah keluar dari lift lantai 12. Setelah menunggu beberapa saat, Mas Hars menjumpai saya dan mengajak ke salah satu ruangan meeting.

Mas Hars menjelaskan secara singkat mengenai Vidio dan menanyakan berbagai pertanyaan ringan kepada saya. Kami sempat berbincang seputar kampus juga karena ternyata Mas Hars merupakan alumni HI Unpar, beberapa tahun diatas saya. Setelah itu, saya diinterview oleh Mas Andi, manager Content Curation Vidio.

Sebelumnya, Thalia pernah bilang bahwa jika saya diterima, saya beruntung karena akan bekerja di bawah manager yang baik dan humoris. Saat interview, saya bisa merasakan dari gayanya bahwa Mas Andi sesuai dengan apa yang Thalia katakan. Setelah selesai interview, Mas Hars mengatakan bahwa jika cocok saya akan dihubungi untuk mulai bekerja secepatnya.

Selasa, 9 April 2019. Satu hari setelah saya interview, saya menerima email dari Mas Hars.

“Hi Joshua!! Your First Day at Vidio.com”

Next Monday, April 15, 2019, will be your first day of work at Vidio! So glad to have you join our Awesome Team.

Setelah membaca email tersebut sambil tersenyum puas, saya mulai menyiapkan diri. Salah satunya adalah membenarkan jam tidur. Setelah lulus, jam tidur saya dapat dibilang cukup berantakan. Saya bermain FIFA dari malam hingga pagi, lalu pagi sampai sore saya tidur. Alasannya adalah karena bermain FIFA di malam hari sangat lancar, berbeda jika bermain di siang hari disaat yang memakai wi-fi tidak hanya saya seorang diri.

21 Oktober 2020. Hari ini tidak terasa sudah kurang lebih 1 tahun 6 bulan saya berada di Vidio. Saya sudah merasa Vidio seperti rumah kedua saya.
“Lingkungan kerja yang nyaman, teman-teman yang friendly” merupakan sekilas jawaban saya ketika ditanya pendapat apa alasan saya betah di Vidio (video selengkapnya di link berikut: https://www.instagram.com/tv/B4ekpfMgFS_/)

Untuk teman-teman yang berhasil membaca sampai sini, saya ucapkan terima kasih! Saya dengan senang hati akan menerima jika teman-teman mempunyai kritik dan saran untuk tulisan saya kedepannya. Stay safe & stay healthy, semoga di era pandemi seperti sekarang kita tetap bisa melakukan hal yang positif dan bermanfaat untuk banyak orang. Adios!

--

--